"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan"

Senin, 25 Oktober 2010

Cara Menghilangkan Kesusahan

TIGA CARA MENGHILANGKAN KESUSAHAN

Sahdan, Seorang pakar ketabiban kalbu mengatakan bahwa kiat untuk menghilangkan kecemasan kalbu ada tiga macam, yaitu:
1.   Mengingat Allah (Dzikrullah)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.(S. Al A’raaf :201)

Disebutkan dalam sebuah keterangan “Hanya dengan Meningat Allah Hati Menjadi tenang”, dengan mengingat Allah kecemasan yang kita rasakan akan hilang karena dengan dzikrullah kita menyakini bahwa semua perkara/ujian yang diberikan hanyalah semata – mata kehendak Allah SWT.

Adapun yang di maksud dengan dzikrullah adalah memperbanyak membaca dzikir, adapun jenis – jenis dzikir yang sudah di kenal oleh lapisan masyarakat muslim antara lain:
Membaca Tasbih (Subhaanallah), membaca Tahmid (Alhamdulillah), membaca Takbir (Allahu Akbar), dan membaca Tahlil (Laa Ilaha Illallah) atau membaca Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billahil Aliyil Adhim, dan dzikir lainnya

2.   Menemui Para Waliyullah (Para Ulama)

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (S. Yunus : 62)

Dengan menemui dan berlajar dari para wali Allah (para Ulama), kita akan ikut terbawa dalam ketenangan karena hati mereka selalu terpaut kepada Allah dan hari akhir, mereka tak pernah takut dan bersedih hati karena hati mereka selalu bersama Allah, mereka selalu mengajarkan ajaran Rasulallah dan para sahabat Rasulallah.

3.   Mendengar Nasihat Orang – orang Bijak

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (nasihat Luqman Hakim kepada anaknya yang di abadikan Allah dalam Al Qur’an Surat Luqman ayat ke 12).

Dengan membiasakan diri mendengar nasihat, penjelasan dan keterangan (dakwah) dari Para Ulama yang ihsan atau ustad yang sholeh mengenai kebaikan akhirat dan dunia akan menjadikan hati dan jiwa terarah kepada kebaikan.

Diambil dari serpihan nasihat – nasihat untuk para hamba (Nashaihul Ibad) menjadi santun dan bijak, karya Imam Nawawi Al Bantani.

Kamis, 11 Februari 2010

LIMA PERKARA YANG BERIRINGAN

Artikel ini sengaja saya ambil dari salah satu isi kitab klasik karya Imam Nawawi Al Bantani , Nashaihul Ibad dengan judul yang sedikit saya rubah dan mungkin tidak lengkap dengan bahas arab (hadits dalam bahasa arab).

Rasulallah Muhammad SAW bersabda :
“Allah tidak memberikan lima perkara kepada seseorang, kecuali Allah telah menyediakan lima perkara sebagai pengiringnya, yaitu :
1. Allah tidak memberikan kesempatan untuk bersyukur, melainkan Dia telah menyediakan tambahan nikmat.
2. Allah tidak memberikan kesempatan untuk berdo’a, melainkan Dia telah menyediakan pintu ijabah (pengabulan do’a).


Dalam Alqur’an Allah berfirman:
”berdoa’alah kalian padaKu, niscaya akan kuperkenankan do’amu.”

Diriwayatkan bahwa Rasulallah biasa berdo’a dengan do’a berikut :
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu jiwa yang tenang, yang percaya akan pertemuan denganMu, ridho akan ketetapanMu, dan qona’ah atas pemberianMu (HR.Tabrani).

3. Allah tidak memberikan kesempatan untuk beristigfar, melainkan Dia telah menyediakn pintu ampunan.


Dalam Alqur’an Allah berfirman:
“Mohonlah ampunan kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (QS. Nuh ayat 10)
.
Rasulallah pun bersabda “ Sekiranya kalian berbuat dosa sampai dosa kalian mencapai setinggi langit, kemudian kalian bertobat. Niscaya Allah akan mengampuni kalian “ (HR. Ibnu Majah).


Rabu, 03 Februari 2010

Pembentukan Hujan

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. 
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan.



"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".

TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadi-kannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142) 
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.


Di ambil dari Karya Harun Yahya


Sabtu, 30 Januari 2010

ALLAH MENGABULKAN DOA

Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah tersebut adalah:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenarn.” (Q.s. al-Baqarah: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari keta¬kutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. Inilah yang telah ditekankan Rasulullah SAW. dalam sabdanya:

“Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena ‘doa’ itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.”1

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam al-Qur’an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat:

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa.” (Q.s. al-Isra’:11).

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekaya¬an yang banyak itu justru dapat memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan sese¬orang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting.


Diambil dari karya : Harun Yahya

Senin, 11 Januari 2010

Salam Rekat Silatur Rahmi

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah begitu banyak memberikan ni'mat dan karunia, sehingga saya masih bisa bernafas untuk menorehkan kata demi kata.


Sholawat dan salam saya haturkan kepada junjungan umat Nabi Muhamada SAW, yang telah membawa umat ini dari kegelapan kepada cahaya terang benderang, dari zaman kebodohan ke zaman kegemilangan, tak lupa kepada keluarganya, shohabat dan kepada kita umatnya.


Dizaman sekarang yang sudah serba cepat, baik dari segi informasi masupun dari segi kebudayaan, sepertinya negeri kita tercinta Indonesia sudah begitu banyak berubah, dulu kita tidak pernah tahu adanya beberapa keboborokan moral anak negeri ini, salah satu contohnya ada banyaknya pembunuhan [pembunuhan jasmani maupun karakter], . Nah sebagai orang yang ingin peduli, pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi, agar hati kita bisa tergugah untuk mengamalkan ajaran islam.


Mungkin Blog ini hanya berisikan gambar atau tulisan sederhana, namun ibarat pepatah, saya cuma ingin memberikan kailnya saja untuk memancing silahkan anda cari sendiri, toh nasihat yang terbaik adalah nasihat yang berasal dari diri sendiri.


Demikianlah semoga blog ini akan bermanfaat, khusus untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.


Dan sebagai manusia yang sedang belajar, tentunya blog ini sudah pasti tidak sempurna dan pasti memiliki bermacam kekurangan, untuk itu saya memohon bimbingan dan tegur sapa dari para blogger senior.



Salam Rekat Silatur Rahmi

Juhdi Mustopa

Jejak Sahabat Nabi

Mengikuti Sahabat Nabi

Dalam istilah agama, yang di sebut dengan sahabat adalah seorang yang hidup pada zaman Rasulallah, yang pernah atau belum pernah berjumpa/melihat, dalam waktu lama atau hanya sebentar saja. "Sahabat" adalah sebutan yang diberikan nabi untuk kaum muslimin yang hidup pada zamannya. Mereka adalah orang - orang yang beruntung karena bisa melihat, menyaksikan, menerima langsung pelajaran Islam dari sumber utama dan pertama. Sudah tentu amalan mereka masih asli. Tidak ada pikiran untuk merekayasa, apalagi merubah ajaran yang telah di contohkan nabi. Berkenaan dengan kedekatan para sahabat dengannya, kemudian terdapat pesan nabi untuk kaum muslimin dan muslimat untuk masa setelahnya nabi sampai pada zaman sekarang ini. Dengan mengikuti jejak para sahabat akan sangat memungkinkan amalannya sama dengan amalah Rasulallah. Makanya Rasul selalu menekankan agar kaum muslimin senantiasa mengikuti para sahabatnya.

Dalil pertama (dalam hadits Arbain Nawawy), hadits nabi :

Rasulallah pernah bersabda : Aku berpesan kepadamu, Hai kaum muslimin, hendaknya kalian selalu bertaqwa dan taat kepada Allah, meski yang memerintah itu seorang hamba sahaya. Sebab pada kehidupan kalian suatu hari nanti akan mengalami berbagai perbedaan (konflik). Maka tetaplah kalian pada sunnahku (jalan/jejak) dan jejak para Khulaga'ur Rasyidin yang mendapatkan hidayah Allah (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, hadits hasan shohih)

Dalil kedua, yang dimuat dalam kitab Al Muwaththa:

Imam Malik meriwayatkan hadits (yang berstatus mursal), Rasulallah bersabada : Aku wariskan dua hal yang apabila kalian berpegang pada keduanya tak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Allah (Al - Qur'an) dan sunnah Rasulallah (Hadits). Oleh karena itu, wajib bagi kalian, hai saudara - saudaraku, mengikuti Ahlussunnah Wal Jama'ah, serta tetap pada jalan mereka. Apabila kalian lalim, tentu golongan kalian akan bercerai berai. Demikian pula apabila kalian lalim dari jalan Allah. Ingat firman Allah : Janganlah kalian mengikuti jalan - jalan selain tununan nabi, karena jalan itu mencerai - berai kalian dari jalan Allah. oleh karena itu, kalian bisa jadi lalim dan bercerai - berai, menjalankan bid'ah, dan jauh dari perkara haq (benar). yang di maksud dengan sunnah adalah tuntunan Rasulallah dan sahbat - sahabatnya, dan jalan orang - orang yang mengikuti Rasulallah dan sahabat - sahabatnya, baik pada bidang akidah, amaliyah (perbuatan), ataupun qauliya (ucapan), lihat Al - Majalis As Saniyah Syarh Arba'in Nawawy.

Dalil ketiga (lihat kitab Ibid), sebuah hadits (berstatus marfu) :

Allah berpihak pada sahabat - sahabatku. Hendaknya kalian tidak mempermainkan mereka setelah aku tinggalkan. Siapa mencintai mereka karena mencintai aku, aku juga akan mencinatai mereka. Siapa yang membenci mereka karena benci kepadaku, maka aku akan membencinya. Siapa yang menyakiti mereka maka sama halnya telah menyakiti aku, dan siapa yang menyakiti aku berarti sama halnya dengan menyakiti Allah. Siapa yang menyakiti Allah, akan di usulkan untuk dicabut nyawanya. Syeh Abdul Qadir Jilany dalam kitab Al Ghinniyah menyampaikan : Seorang muslim haruslah mengikuti faham Ahlussunnah Wal Jama'ah. Ahlussunnah artinya mengikuti tuntunan Rasulallah, dan jama'ah artinya mengikuti apa yang telah menjdai kesepakatan sahabat - sahabat Rasulallah.

Ahlussunnah Wal Jama'ah

Ahlussunnah Wal Jama'ah Dalam Bilik Tradisi Orang - Orang NU

Karya H. Munawir Abdul Fattah

Ahlussunnah Wal Jama'ah

Ahlussunnah Wal Jama'ah terdiri dari kata Ahlun yang artinya Golongan, Sunnah artinya hadits, dan Jama'ah artinya mayoritas. Maksudnya, golongan orang - orang yang ibadah dan tingkah lakunya selalu berdasarkan pada Alqur'an dan Hadits, sementara pengambilan hukum Islamnya mengikuti mayoritas ahli fiqih (sebagian besar ulama ahli hukum fiqih).

Dalam mengamalkan ritual agamanya, kaum Sunni (sebutan kaum yang mengikuti faham Ahlussunnah Wal Jama'ah) menganut satu dari madzhab empat : Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali, serta mengikuti Abu Hasan Al - Asy'ari dan Imam Al - Maturidi dalam bidang akidah, keduanya dipandang sebagai ulama besar yang telah berjasa mengibarkan bendera "Ahlussunnah Wal Jama'ah" dan menyatakan diri keluar dari Mu'tazilah.

Ulama empat tersebut diatas telah diakui para ulama seluruh dunia sebagai ulama yang sangat mumpuni dan termasuk tingkatan Mujtahid (karena kedalam ilmu agamanya, mereka berhak mengambil ketentuan ijtihad atas hukum Islam dari sumbernya, yakni Al-Qur'an dan Hadits. Hal ini tentu saja tidak menafikan sebagian kecil yang mengangkat Imam Mujtahid dengan dukungan beberapa Ulama saja.

Kenapa warga NU mendasarkan amalan agamanya pada Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah ? Ini berdasar pada hadits, yang pertama (dalam kitab I'tikad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Sirajuddin Abbas) yang artinya :

Rasulallah bersabda : Demi Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu masuk surga dan yang 72 masuk neraka. Seorang sahabat bertanya : Siapa itu ya Rasul ? Jawab Rasul : Ia adalah golongan Ahlussunnah Wal Jama'ah (HR. At Thabrani).

Dalil yang kedua (dalam kitab Al Mihal Wa An Nihal, M. Abdul Karim) yang artinya :

Rasulallah bersabda : Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu selamat (masuk surga) dan lainnya rusak (masuk neraka). Sahabat bertanya : Siapakah yang selamat itu ya Rasul ? Jawab Nabi :Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sahabat yang lain bertanya : Siapakah golongan Ahlussunnah Wal Jama'ah itu ? Jawab Nabi : Yang sekarang bersamaku dan sahabat - sahabatku.

Dasar ketiga, hadits Nabi :

Rasulallah bersabda : Bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan. Umatku juga akan tepecah menjdai 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu. Sahabat - sahabat kemudian bertanya Siapa itu ya Rasul ? Jawab Nabi : Yang sekarang bersamaku dan sahabat - sahabatku (HR. At Tirmidzi).